MAKALAH
KEPEMIMPINAN DI ERA GLOBAL
Makalah ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah
“Karya Ilmiah”
Yang dibimbing oleh Bapak M. Abdul
Roziq A, S.pd.i,M.Si.
Disusun Oleh :
JUARIKA (14187205018)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
STKIP PGRI TULUNGAGUNG
Oktober, 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya
panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan kasih‐Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta
petunjuk‐Nya sehingga kami diberikan kemampuan dan
kemudahan dalam penyusunan Makalah Kepemimpinan di Era Global.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih belum cukup baik, kami menyadari masih banyak kekurangan yang
terdapat dalam makalah ini. kami juga
menyadari bahwa kami masih banyak mempunyai keterbatasan pengetahuan dalam
materi, sehingga menjadikan keterbatasan bagi saya pula untuk memberikan
penjelasan yang lebih dalam tentang masalah ini, oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Akhir kata, saya mohon
maaf sebesar-besarnya bila terdapat kekurangan dan kesalahan. semoga makalah
ini membawa manfaat bagi kita dan juga dapat menambah pengetahuan kita agar
dapat lebih luas lagi.
Tulungagung,
28 Oktober 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... ………………….. i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ………………...... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ............................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ……………....... .iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .................................................................................. ………………..... iv
B.
Rumusan Masalah ............................................................................. …………………..iv
C.
Tujuan Penulisan ............................................................................... …………...…….. iv
BAB II PEMBAHASAN
A. Kepemimpinan……………………………………………………………………...……..1
B. Problematika Pendidikan Nasional dan
Kebudayaan Di Era Global……………………..2
C. Solusi Permasalahan Pendidikan Nasional dan
Kebudayaan Di Era Global……………..6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................. ..…………………v
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ……………...…..vi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kepemimpinan dalam organisasi
merupakan salah satu bagian terpenting fungsi manajemen untuk mempengaruhi dan
menggerakkan seluruh komponen organisasi guna mencapai tujuan dan sasaran yang
telah ditetapkan. Proses ini dilakukan dengan memotivasi perilaku pegawai untuk
mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya, dan hal
ini berkaitan erat dengan motivasi. Keberhasilan seorang pemimpin menggerakkan
pegawai dalam mencapai tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh kewibawaan,
penciptaan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan
pimpinan itu sendiri serta efektifitas dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya.
Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diperoleh secara tiba-tiba atau
diberikan secara cuma-cuma, melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari
dalam diri seseorang atau lahir dari proses internal.
B. RUMUSAN MASALAH
a) Apa Kepemimpinan itu?
b) Apa Problematika Pendidikan Nasional dan
Kebudayaan Di Era Global Saat ini?
c)
Apa Solusi
Permasalahan Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Di Era Global?
C. TUJUAN MASALAH
a) Untuk Mengetahui Pengertian Kepemimpinan.
b) Untuk Mengetahui Problematika Pendidikan
Nasional dan Kebudayaan Di Era Global.
c)
Untuk
Mengetahui Solusi Permasalahan Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Di Era Global.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Fungsi kepemimpinan adalah mengarahkan dan
menggerakkan sebagaimana dikemukakan oleh George R Terry (2008) yang menyatakan
bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mengarahkan
pengikut-pengikutnya untuk bekerja bersama dengan kepercayaan serta tekun
mengerjakan tugas-tugas yang diberikan pimpinan mereka. Kepemimpinan adalah kemampuan
seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai
tujuan bersamameliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk
memperbaiki kelompok dan budayanya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. KEPEMIMPINAN
Fungsi
kepemimpinan adalah mengarahkan dan menggerakkan sebagaimana dikemukakan oleh
George R Terry (2008) yang menyatakan bahwa kepemimpinan dapat diartikan
sebagai kemampuan mengarahkan pengikut-pengikutnya untuk bekerja bersama dengan
kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas yang diberikan pimpinan mereka.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain
untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersamameliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Disamping itu,
kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang–orang
sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama
secara royal untuk menyelesaikan tugas. Robbins (2001) mengaskan bahwa fungsi
kepemimpinan sebagai tugas manajer mencakup tugas memotivasi pegawai,
mengarahkan orang-orang lain, memilih saluran komunikasi yang efektif dan
memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi.
Kepemimpinan
yang efektif setidaknya mempunyai delapan ciri sebagaimana dikatakan George
& Jones (2002) dalam bukunya Organizational
Behavior, yaitu:
a) Intelegensi
b)
task relevant knowledge
c) dominan
d) percaya diri
e) energy/activity
level
f) tolerance
for stress
g) integritas dan kejujuran
h) kematangan emosi
Kedelapan
ciri-ciri tersebut harus didukung dengan perilaku yang dapat diterima dengan
baik oleh bawahannya serta memberikan kepuasan.
Dalam era
globalisasi yang penuh dengan daya saing dan tantangan perubahan lingkungan,
pemimpin yang ideal seyogyanya memiliki ciri-ciri pribadi diatas, ditambah
dengan memiliki tiga ketrampilan sebagaimana dikatakan Robert L. Katz (1955)
dalam jurnalnya Skills of an Effective
Administrator, yaitu :
1.
Ketrampilan teknis (technical skill),
pengetahuan dan ketrampilan seseorang dalam salah satu jenis proses atau
teknik.
2.
Ketrampilan manusiawi (human skill),
kemampuan bekerja secara efektif dengan orang-orang dan membina kerjasama tim
3.
Ketrampilan konseptual (conceptual
skill), kemampuan untuk berpikir dalam kaitannya dengan model, kerangka,
hubungan yang luas dan rencana jangka panjang (visioner).
B.
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN DI ERA GLOBAL
1.
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN
a. Faktor
internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan
juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari
pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan
senantiasa selalu terjaga dengan baik.
b. Faktor
eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon
pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari
pendidikan.
Banyak faktor-faktor yang
menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia
semakin terpuruk. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu :
a. Kurikulum
Kurikulum kita yang dalam jangka
waktu singkat selalu berubah-ubah tanpa ada hasil yang maksimal dan masih tetap
saja. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dalam mengujicobakan
formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum. Perubahan kurikulum yang
terus-menerus, pada prateknya kita tidak tau apa maksudnya dan yang beda hanya
bukunya. Contohnya guru, banyak guru honorer yang masih susah payah mencukupi
kebutuhannya sendiri. Kegagalan dalam kurikulum kita juga disebabkan oleh
kurangnya pelatihan skill, kurangnya sosialisasi dan pembinaan terhadap
kurikulum baru. Elemen dasar ini lah yang menentukan keberhasilan pendidikan
yang kita tempuh
b. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak
sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan
penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara
laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan
sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri,
tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
c. Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat
memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai
untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003
yaitu “merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan,
melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat”
Kendati secara kuantitas jumlah guru
di Indonesia cukup memadai, namun secara kualitas mutu guru di negara ini, pada
umumnya masih rendah. Secara umum, para guru di Indonesia kurang bisa
memerankan fungsinya dengan optimal, karena pemerintah masih kurang
memperhatikan mereka, khususnya dalam upaya meningkatkan profesionalismenya.
d. Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru
mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan
pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan
sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari,
menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa
ponsel, dan sebagainya.
Dengan adanya UU Guru dan Dosen,
barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu
sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru
dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain
meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi,
dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan
tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak
atas rumah dinas.
e. Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu
(rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian
prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi
fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah.
Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa
Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi
matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam
hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai
negara tetangga yang terdekat.
f. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan
masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan
Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan
Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4%
(28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka
Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta
siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas.
Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan
sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan
dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah
ketidakmerataan tersebut.
g. Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan
Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari
banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak
tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU
sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada
periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing
tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%.
Menurut data Balitbang Depdiknas
1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki
keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri.
Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini
disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang
dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.
h. Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal.
Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus
dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya
pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat
masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Makin mahalnya biaya pendidikan
sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS
(Manajemen Berbasis Sekolah).
MBS di Indonesia pada realitanya
lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu,
Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan
adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses
atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala
pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada
tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi
pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala
Sekolah.
Akibatnya, Komite Sekolah hanya
menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi
legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan
pendidikan rakyatnya.Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang
Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik
publik ke bentuk Badan Hukum .
i. Kontoversi diselenggaraknnya UN
Kedua, aspek yuridis. UN hanya
mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan
secara sepihak oleh pemerintah. Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan,
pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Tapi dalam UN pemerintah hanya melakukan
evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik.
Ketiga, aspek sosial dan psikologis.
Dalam mekanisme UN yang
diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada
tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun
2004/2005. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal
penyimpangan finansial dana UN.
2.
PROBLEMATIKA
KEBUDAYAAN
Problematika kebudayaan sangat
berbahaya jika dibiarkan, karena kebudayaan merupkan jati diri bangsa, bila itu
hilang maka dengan sangat mudah bangsa itu akan hancur dan dijajah oleh bangsa
lain. Oleh sebab itu bagaimanapun juga caranya kita harus mempertahankan
identitas bangsa kita yaitu kebudayaan.
Terminologi yang menunjukan aktifitas kebudayaan antara akulturasi,
asimilasi, difusi, dan lain-lain. Kebudayaan itu memiliki jiwa, ibarat manusia
hidup yang dinamis dan tidak statis. Selain kebudaaan itu hidup, kebudayaan pun
dapat terkena kematian. Kematian kebudayaan terjadi karena manusia yang dulu
hidup di dalam sebuah kebudayaan, meninggalkan – baik secara sadar atau tidak –
kebudayaan itu, biasanya, karena ketertarikan kepada kebudayaan lain.Manusia
adalah “jiwa” kebudayaan.Ketika manusia meninggalkan kebudayaan yang telah
melembaga tersebut kematian bagi sebuah kebudayaan.
Berikut ini terdapat beberapa Problematika Kebudayaan diantaranya:
a)
Adanya pandangan bahwa kebudayaan itu statis
b)
Rendahnya minat sebagian masyarakat dalam menghayati
kebudayaan daerah
c)
Rendahnya apresiasimasyarakat dalam menghayati
kebudayaan daerah
d)
Rendahnya apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai
budaya daerah
e)
Ketertarikan sebagian masyarakat terhadap pengaruh
kebudayaan barat/asing
f)
Pencitraan yang kuat tentang kebudayaan Indonesia.
C. SOLUSI PERMASALAHAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN
DI ERA GLOBAL
1.
SOLUSI PENDIDIKAN DI INDONESIA
Untuk mengatasi masalah-masalah,
seperti rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, dan lain-lain
seperti yang telah dijelaskan diatas, secara garis besar ada dua solusi yaitu:
A. Solusi
sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan
dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan
dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang
ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab
neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung
jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
B. Solusi
teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung
dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas
guru dan prestasi siswa. Solusi untuk masalah-masalah teknis
dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem
pendidikan.
Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan
kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk
meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi
dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan
alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya. Maka dengan
adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia dapat bangkit
dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang
ber SDM tinggi,
berkepribadian pancasila dan bermartabat.
2. SOLUSI KEBUDAYAAN DI ERA GLOBAL :
a) Menjalani
kehidupan sehari-hari dengan berpedoman pada kebudayaan Indonesia.
b) Tanamkan
minat sejak dini pada kebudayaan daerah Indonesia
c) Mempelajari
dan mengenali kebudayaan daerah Indonesia (tarian,kerajinan tangan, Seni
bertutur, alat musik daerah membangun rumah teknik kebudayaan daerah dan
lain-lain).
Sudah saatnya kebudayaan Indonesia memiliki kesejajaran dengan budaya
barat. Mengenali dan mengembangkan kebudayaan Indonesia adalah tugas yang
diemban oleh setiap warga negara Indonesia. Jangan tinggalkan kebudayaan Indonesia
karena kekayaan menunggu untuk dikenali, dikembangkan, hingga akhirnya dapat
hidup mencapai kebesarannya, yang dulu pernah dimiliki.
DAFTAR
PUSTAKA
dedetzelth.blogspot.com/.../kepemimpinan-di-era-globlalisasi
d pta.kemenag.go.id/index.php/frontend/news/.../1666
igilib.esaunggul.ac.id/.../UEU-Undergraduate-820-B diakses
pada tanggal 24 oktober 2015