Rabu, 02 Maret 2016

pendidikan : makalah kepemimpinan



MAKALAH
                    KEPEMIMPINAN DI ERA GLOBAL
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Karya Ilmiah
Yang dibimbing oleh Bapak M. Abdul Roziq A, S.pd.i,M.Si.
                                                                                     
Description: C:\Users\user\Pictures\stkip2.png


Disusun Oleh :
 JUARIKA (14187205018)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
STKIP PGRI TULUNGAGUNG
Oktober, 2015
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan kasihNya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjukNya sehingga kami diberikan kemampuan dan kemudahan dalam penyusunan Makalah Kepemimpinan di Era Global.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum cukup baik, kami menyadari masih banyak kekurangan yang terdapat dalam  makalah ini. kami juga menyadari bahwa kami masih banyak mempunyai keterbatasan pengetahuan dalam materi, sehingga menjadikan keterbatasan bagi saya pula untuk memberikan penjelasan yang lebih dalam tentang masalah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan karya tulis ini.
Akhir kata, saya mohon maaf sebesar-besarnya bila terdapat kekurangan dan kesalahan. semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita dan juga dapat menambah pengetahuan kita agar dapat lebih luas lagi.




                                                                      Tulungagung, 28 Oktober 2015


                                                                                       Penyusun










DAFTAR ISI

COVER ........................................................................................................... ………………….. i
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ………………...... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ............................. ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ……………....... .iii
BAB I  PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang .................................................................................. ………………..... iv           
B.            Rumusan Masalah ............................................................................. …………………..iv           
C.            Tujuan Penulisan ............................................................................... …………...…….. iv
BAB II PEMBAHASAN
A.    Kepemimpinan……………………………………………………………………...……..1
B.     Problematika Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Di Era Global……………………..2
C.     Solusi Permasalahan Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Di Era Global……………..6
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan............................................................................................. ..…………………v
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ……………...…..vi










BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kepemimpinan dalam organisasi merupakan salah satu bagian terpenting fungsi manajemen untuk mempengaruhi dan menggerakkan seluruh komponen organisasi guna mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Proses ini dilakukan dengan memotivasi perilaku pegawai untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya, dan hal ini berkaitan erat dengan motivasi. Keberhasilan seorang pemimpin menggerakkan pegawai dalam mencapai tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh kewibawaan, penciptaan motivasi dalam diri setiap orang bawahan, kolega, maupun atasan pimpinan itu sendiri serta efektifitas dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya. Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diperoleh secara tiba-tiba atau diberikan secara cuma-cuma, melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang atau lahir dari proses internal.
B. RUMUSAN MASALAH                    
a)      Apa Kepemimpinan  itu?                                                       
b)      Apa Problematika Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Di Era Global Saat ini?
c)      Apa Solusi Permasalahan Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Di Era Global?
C. TUJUAN MASALAH
a)      Untuk Mengetahui Pengertian Kepemimpinan.
b)      Untuk Mengetahui Problematika Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Di Era Global.
c)      Untuk Mengetahui Solusi Permasalahan Pendidikan Nasional dan Kebudayaan Di Era Global.




BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Fungsi kepemimpinan adalah mengarahkan dan menggerakkan sebagaimana dikemukakan oleh George R Terry (2008) yang menyatakan bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mengarahkan pengikut-pengikutnya untuk bekerja bersama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas yang diberikan pimpinan mereka. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersamameliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.




BAB II
PEMBAHASAN
                                                                          
A. KEPEMIMPINAN
Fungsi kepemimpinan adalah mengarahkan dan menggerakkan sebagaimana dikemukakan oleh George R Terry (2008) yang menyatakan bahwa kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan mengarahkan pengikut-pengikutnya untuk bekerja bersama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-tugas yang diberikan pimpinan mereka. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersamameliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Disamping itu, kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang–orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas. Robbins (2001) mengaskan bahwa fungsi kepemimpinan sebagai tugas manajer mencakup tugas memotivasi pegawai, mengarahkan orang-orang lain, memilih saluran komunikasi yang efektif dan memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi.
Kepemimpinan yang efektif setidaknya mempunyai delapan ciri sebagaimana dikatakan George & Jones (2002) dalam bukunya Organizational Behavior, yaitu:
a)      Intelegensi
b)      task relevant knowledge
c)      dominan
d)     percaya diri
e)      energy/activity level
f)       tolerance for stress
g)      integritas dan kejujuran
h)      kematangan emosi
Kedelapan ciri-ciri tersebut harus didukung dengan perilaku yang dapat diterima dengan baik oleh bawahannya serta memberikan kepuasan.
Dalam era globalisasi yang penuh dengan daya saing dan tantangan perubahan lingkungan, pemimpin yang ideal seyogyanya memiliki ciri-ciri pribadi diatas, ditambah dengan memiliki tiga ketrampilan sebagaimana dikatakan Robert L. Katz (1955) dalam jurnalnya Skills of an Effective Administrator, yaitu :
1.         Ketrampilan teknis (technical skill), pengetahuan dan ketrampilan seseorang dalam salah satu jenis proses atau teknik.
2.         Ketrampilan manusiawi (human skill), kemampuan bekerja secara efektif dengan orang-orang dan membina kerjasama tim
3.         Ketrampilan konseptual (conceptual skill), kemampuan untuk berpikir dalam kaitannya dengan model, kerangka, hubungan yang luas dan rencana jangka panjang (visioner).

B. PROBLEMATIKA PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN DI ERA GLOBAL
1.             PROBLEMATIKA PENDIDIKAN
Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan, khususnya di Indonesia yaitu
a.    Faktor internal, meliputi jajaran dunia pendidikan baik itu Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan daerah, dan juga sekolah yang berada di garis depan.Dalam hal ini,interfensi dari pihak-pihak yang terkait sangatlah dibutuhkan agar pendidikan senantiasa selalu terjaga dengan baik.
b.    Faktor eksternal, adalah masyarakat pada umumnya.Dimana,masyarakat merupakan ikon pendidikan dan merupakan tujuan dari adanya pendidikan yaitu sebagai objek dari pendidikan.
Banyak faktor-faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia semakin terpuruk. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu :
a.     Kurikulum 
Kurikulum kita yang dalam jangka waktu singkat selalu berubah-ubah tanpa ada hasil yang maksimal dan masih tetap saja. Yang jelas, menteri pendidikan berusaha eksis dalam mengujicobakan formula pendidikan baru dengan mengubah kurikulum. Perubahan kurikulum yang terus-menerus, pada prateknya kita tidak tau apa maksudnya dan yang beda hanya bukunya. Contohnya guru, banyak guru honorer yang masih susah payah mencukupi kebutuhannya sendiri. Kegagalan dalam kurikulum kita juga disebabkan oleh kurangnya pelatihan skill, kurangnya sosialisasi dan pembinaan terhadap kurikulum baru. Elemen dasar ini lah yang menentukan keberhasilan pendidikan yang kita tempuh
b.      Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan sebagainya.
c.     Rendahnya Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat
Kendati secara kuantitas jumlah guru di Indonesia cukup memadai, namun secara kualitas mutu guru di negara ini, pada umumnya masih rendah. Secara umum, para guru di Indonesia kurang bisa memerankan fungsinya dengan optimal, karena pemerintah masih kurang memperhatikan mereka, khususnya dalam upaya meningkatkan profesionalismenya.
d.      Rendahnya Kesejahteraan Guru
Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Dengan pendapatan yang rendah, terang saja banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel, dan sebagainya.
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen (PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas rumah dinas.

e.      Rendahnya Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004), siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga yang terdekat.
f.      Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
g.      Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan
Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0 sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%, 14,21%, dan 15,07%.
Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3 juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.


h.     Mahalnya Biaya Pendidikan
Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah.  Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah).
MBS di Indonesia pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat dengan Kepala Sekolah.
Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum .
i.      Kontoversi diselenggaraknnya UN 
Kedua, aspek yuridis. UN hanya mengukur kemampuan pengetahuan dan penentuan standar pendidikan yang ditentukan secara sepihak oleh pemerintah. Selain itu, pada pasal 59 ayat 1 dinyatakan, pemerintah dan pemerintah daerah melakukan evaluasi terhadap pengelola, satuan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Tapi dalam UN pemerintah hanya melakukan evaluasi terhadap hasil belajar siswa yang sebenarnya merupakan tugas pendidik. Ketiga, aspek sosial dan psikologis.
Dalam mekanisme UN yang diselenggarakannya, pemerintah telah mematok standar nilai kelulusan 3,01 pada tahun 2002/2003 menjadi 4,01 pada tahun 2003/2004 dan 4,25 pada tahun 2004/2005. Selain itu, belum dibuat sistem yang jelas untuk menangkal penyimpangan finansial dana UN.
2.             PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN
Problematika kebudayaan sangat berbahaya jika dibiarkan, karena kebudayaan merupkan jati diri bangsa, bila itu hilang maka dengan sangat mudah bangsa itu akan hancur dan dijajah oleh bangsa lain. Oleh sebab itu bagaimanapun juga caranya kita harus mempertahankan identitas bangsa kita yaitu kebudayaan.
Terminologi yang menunjukan aktifitas kebudayaan antara akulturasi, asimilasi, difusi, dan lain-lain. Kebudayaan itu memiliki jiwa, ibarat manusia hidup yang dinamis dan tidak statis. Selain kebudaaan itu hidup, kebudayaan pun dapat terkena kematian. Kematian kebudayaan terjadi karena manusia yang dulu hidup di dalam sebuah kebudayaan, meninggalkan – baik secara sadar atau tidak – kebudayaan itu, biasanya, karena ketertarikan kepada kebudayaan lain.Manusia adalah “jiwa” kebudayaan.Ketika manusia meninggalkan kebudayaan yang telah melembaga tersebut kematian bagi sebuah kebudayaan.
Berikut ini terdapat beberapa Problematika Kebudayaan diantaranya:
a)      Adanya pandangan bahwa kebudayaan itu statis
b)      Rendahnya minat sebagian masyarakat dalam menghayati kebudayaan daerah
c)      Rendahnya apresiasimasyarakat dalam menghayati kebudayaan daerah
d)     Rendahnya apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai budaya daerah
e)      Ketertarikan sebagian masyarakat terhadap pengaruh kebudayaan barat/asing
f)       Pencitraan yang kuat tentang kebudayaan Indonesia.
                                                                                           
C. SOLUSI PERMASALAHAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN DI ERA GLOBAL
1.             SOLUSI PENDIDIKAN DI INDONESIA
Untuk mengatasi masalah-masalah, seperti rendahnya kualitas sarana fisik, rendahnya kualitas guru, dan lain-lain seperti yang telah dijelaskan diatas, secara garis besar ada dua solusi yaitu:
A.    Solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini, diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik, termasuk pendanaan pendidikan.
B.     Solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan.
Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya. Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia dapat bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang ber SDM tinggi, berkepribadian pancasila dan bermartabat.
2.   SOLUSI KEBUDAYAAN DI ERA GLOBAL :
a)      Menjalani kehidupan sehari-hari dengan berpedoman pada kebudayaan Indonesia.
b)      Tanamkan minat sejak dini pada kebudayaan daerah Indonesia
c)      Mempelajari dan mengenali kebudayaan daerah Indonesia (tarian,kerajinan tangan, Seni bertutur, alat musik daerah membangun rumah teknik kebudayaan daerah dan lain-lain).
Sudah saatnya kebudayaan Indonesia memiliki kesejajaran dengan budaya barat. Mengenali dan mengembangkan kebudayaan Indonesia adalah tugas yang diemban oleh setiap warga negara Indonesia. Jangan tinggalkan kebudayaan Indonesia karena kekayaan menunggu untuk dikenali, dikembangkan, hingga akhirnya dapat hidup mencapai kebesarannya, yang dulu pernah dimiliki.












DAFTAR PUSTAKA
dedetzelth.blogspot.com/.../kepemimpinan-di-era-globlalisasi
d pta.kemenag.go.id/index.php/frontend/news/.../1666
igilib.esaunggul.ac.id/.../UEU-Undergraduate-820-B diakses pada tanggal 24 oktober 2015